Sabtu, 5 Januari 2013

PENGERTIAN ESTETIKA

Istilah estetika berasal dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang bersumber dari kata “aithe” yang membawa maksud merasa.

“Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bahagian dari sesuatu yang mengandungi pola. Pola mana mempersatukan bahagian-bahagian tersebut yang mengandungi keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.” (Effendy, 1993)

Terdapat beragam ajaran klasik mengenai estetika yang perlu dimuatkan sebagai landasan penelitian ini, namun sebisa mungkin tidak terlalu menyimpang jauh dari tujuan komunikasi dan metode analisis, sebagai berikut.

Pandangan Plato tentang keindahan dapat dibagi menjadi dua. Yang satu tentang dunia idea, sedangkan yang lain nampaknya lebih membatasi diri pada dunia yang nyata. Pandangan kedua menyatakan bahwa yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sesderhana, yang dimaksud “sederhana” adalah bentuk dan ukuran yang tidak diberi batasan lebih lanjut berdasarkan sesuatu yang “lebih sederhana” lagi. Oleh karena itu, keindahan semacam itu bersifat terpilah-pilah. Keindahan semacam itu hanya dapat ditunjukkan, misalnya warna merah. Kendati begitu, yang majemuk juga dapat dialami sebagai sesuatu yang indah, jika tersusun secara harmonis berdasarkan sesuatu yang betul-betul sederhana. Pandangan yang kedua ini punya keistimewaan karena tidak melepaskan diri dari pengalaman inderawi yang merupakan unsur konstitutif dari pengalaman estetis dan keindahan dalam pengertian sehari-hari.

Pandangan lainnya yang mendekati pandangan kedua dari Plato tersebut adalah dari Aristoteles yang menyebutkan bahwa keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran, yakni ukuran material. Pandangan ini, menurut Aristoteles, berlaku untuk benda-benda alam ataupun untuk karya seni buatan manusia. Karya seni yang dibicarakan Aristoteles terutama karya sastra dan drama. Ia membicarakan karya drama terutama dalam bentuk tragedi seperti dipentaskan dalam peran-peran diiringi dengan musik dan tarian, titik pangkal pandangan Aristoteles ialah bahwa karya seni harus dinilai sebagai suatu tiruan dunia alamiah dan dunia manusia. Aristoteles tidak menyetujui penilaian negatif Plato atas karya seni, atas dasar penolakannya terhadap teori idea. Dengan karya tiruan, Aristoteles tidak memaksudkan sekedar “tiruan belaka”.

Karya seni diharapkan menjadi lambang atau simbol, yang maknanya harus dapat ditemukan dan dikenali oleh si penggemar karya seni itu, berdasarkan pengalaman sendiri, entah ia dalam posisi sebagai pembaca, pemain atau pun penonton pandangan paling pokok dari ajaran Aristoteles, yaitu Katarsis. Artinya pemurnian, yang menurutnya adalah tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi. Segala peristiwa, pertemuan, wawancara, permenungan, keberhasilan, kegagalan dan kekecewaan harus disusun dan dipentaskan sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serempak semuanya tampak logis namun seolah tak terduga.

Kupasan yang agak mendekati estetika perenungan adalah yang datang dari Plotinos, Plotinos mendekatkan pengalaman estetis dengan pengalaman religius, bahkan puncak perkembangan estetis itu sendiri adalah pengalaman religius yang disebut pengalaman mistik. Sesuai dengan titik awal filsafat Plotinos (emanasi) semua hal dari Yang Esa dan kembalinya semua itu kepada Yang Esa lagi, titik akhir pun bukan karunia khusus (rahmat), namun hanya penyelesaian dari yang awal itu. Meskipun begitu, tidak banyak insan mengalami titik akhir tersebut karena ia terhambat oleh hyle (materi) yang kurang mengendalikan diri dalam askesis (latihan).

Secara lebih jauh penelitian dengan analisis semiotika ini mendekati segala pemahaman tentang estetika yang menitik beratkan pada keselarasan, keseimbangan, keteraturan dan lainya yang menjadi ciri-ciri khas keindahan. Pendapat Agustinus menyebutkan bahwa kesatuanlah yang menjadi sumber atau dasar keindahan. Yang lebih khasnya lagi ialah bahwa menurut ia pengamatan mengenai keindahan mengandaikan dan memuat suatu penilaian. Ertinya apabila kita menilai suatu obJek itu indah, kita mengamatinya sebagai sesuatu yang sesuai dengan apa yang seharusnya ada didalamnya, yakni keteraturannya.

Pengertian berikutnya yang lebih membukakan jalan bagi perkembangan modern, adalah beberapa rumusan keindahan yang datang dari Thomas Aquinas. Seperti “keindahan berkaitan dengan pengetahuan; kita menyebut sesuatau indah jika sesuati itu menyenangkan mata sang pengamat, dan mencoloknya peranan subyek.” Kemudian “keindahan harus mencakup tiga kualitas; integritas atau kelengkapan.., proporsisi atau keselarasan yang benar dan cemerlang”. Dan yang terakhir “keindahan itu terjadi jika pengarahan si subjek muncul lewat kontemplasi atau pengetahuan inderawi.”

Secara umum gagasan Thomas merupakan rangkuman segala unsur filsafat keindahan sebelumnya. Dengan mengajukan peranan dan rasa si subyek dalam proses terjadinya keindahan, peranan subyek sebenarnya sudah diangkat juga dalam teori Aristoteles tentang drama. Mereka menggarisbawahi betapa pentingnya pengetahuan dan pengalaman empiris-apoisteriori yang terjadi dalam diri manusia, yang merupakan titik awal dari kebesaran suatu karya seni. 

Secara umum dapat dikatakan bahwa selama abad ke 20 ini para filsuf barat yang membicarakan bidang estetika, cukup memperhatikan apa yang disebut pengalaman estetis, baik dalam diri si seniman pencipta karya seni maupun dalam diri para penggemar seni. Terdapat penekanan dalam kesatuan antara karya seni yang bersangkutan dengan para “pelaku” (pencipta dan penggemar ataupun pencipta ulang, seperti dalam musik, drama, tarian, malah sastra) : kedua belah pihak merupakan suatu bagian integral dari karya seni yang ditinjau dari sudut filsafat, sosiologi, psikologi dan sekarang komunikasi.

http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-estetika.html

Seni, Estetik dan Teori Seni

Disusun oleh: Faizal Sidik


(Esei ini adalah syarahan yang telah disampaikan oleh Zainol Abidin Sharif (Zabas) dalam Seminar Pangantar Seni Lukis Kontemporari Asia Tenggara yang telah diadakan di Balai Seni Lukis Negara pada 2010)


Seni moden sedunia, Asia dan Asia Tenggara adalah dibentuk dan dipengaruhi oleh seni lukis barat. Sebelum kita berdiskusi seni lukis kontemporari Asia Tenggara ada baiknya kita menyentuh sedikit selok belok tentang perkembangan seni di barat Eropah. Pendekatan saya tentang penceritaan seni lukis barat ini berdasarkan sebuah buku yang saya rujuk iaitu Believing is Seeing: Creating the Culture of Art oleh Mary Anne Staniszewski. Buku ini adalah merupakan satu buku yang merupakan penerbitan berlainan daripada pendekatan-pendekatan kepada sejarah seni sebelumnya.

Ada seorang lagi sebelum buku ini iaitu seorang penulis Inggeris yang mengilhamkan pemikiran seni yang agak original dan radikal iaitu TheWay of Seeing oleh John Berger pada tahun 1972 merupakan buku yang amat berpengaruh dalam penggubalan pendidikan teori seni di barat, buku inilah juga yang telah mempengaruhi buku Staniszewski Believing is Seeing. Dalam buku John Berger TheWay of Seeingbeliau mengemukakan pendapat bahawa banyak cara untuk kita melihat dan cara-cara kita melihat itu berkaitan dengan politik disebaliknya, kepercayaan, ideologi, kefahaman kita, latar belakang budaya mempengaruhi bagaiman kita melihat. Tidak semua diantara kita walaupun mempunyai mata yang sama namun tidak akan melihat dengan cara yang sama, ini disebabkan oleh latar belakang dan pengaruh fahaman politik dan latar belakang sosio-budaya individu dan masyarakat termasuklah sejarah. Bertolak daripada situlah Mary Anne Staniszewski beliau menulis buku untuk memperkenalkan seni kepada masyarakat dari sudut berlainan dari buku-buku sejarah seni sebelumnya.

Kebanyakan buku sejarah seni barat terkenal sebelum tahun1970 an memaparkan sejarah itu dari segi kronologi perjalanan stail-stail tertentu daripada isme ini dan isme itu, daripada pelukis ini ke pelukis itu tetapi tidak mementingkan langsung tentang konteks sosio-budaya iaitu dimana persekitaran kehidupan mempengaruhi perkembangan seni tidak disentuh. Kini buku-buku seperti itu tidak lagi disanjungi tinggi tetapi masih lagi digunakan di institusi-institusi pengajian tinggi, perpustakaan dan di kedai-kedai buku. Jika anda melihat buku-buku tebal dan besar-besar rupanya itu adalah tradisi penulisan lama. Pendekatanterbaru pula tidak semestinya mengikut kronologi masing-masing menyenarikan siapa pelukis. Perkara yang penting adalah bagaimana kesenian stail-stail tertentu muncul akibat kelainan sejarah, akibat situasi-situasi tertentu dan akibat ideologi.

Dalam pembikinan dan penulisan sejarah seni alternatif atau yang baru iaitu tidak lagi bergantung kepada pemikiran lama, istilah ideologi lazim kita temui. Ianya merupakan istilah yang agak rumit untuk difahami pada saya sekurang-kurangnya. Secara senang untuk memahami istilah ideologi adalah sebagai idea sahaja, sebenarnya bukan begitu, ia merangkumi idea tetapi merupakan suatu kefahaman tentang kehidupan, tentang bagaimana untuk menjalankan kehidupan yang dibuat-buatkan tidak semestinya sesuatu yang saintifik, sesuatu yang benar tetapi diterima sebab itulah perbezaannya, itulah arahannya, itulah kehendak pihak berkuasa. Jadi ideologi sebenarnya adalah pemahaman tentang perhubungan diantara manusia yang diterima pada suatu ketika, ideologi ini nampak semacam semulajadi dan nampak seperti benar tetapi ianya tidak . Ia adalah suatu kefahaman buatan untuk mengekalkan suasana dan untuk mententeramkan masyarakat mengikut kehendak-kehendak pihak berkuasa. Dari segi itu kitaboleh nyatakan juga bahawa agama digunakan untuk mentadbir masyarakat atau negara merupakan juga suatu ideologi, sebab untuk mententeramkan dan mengelak daripada berlakunya pertelingkahan. Jika di Eropah dikatakan hampir 2000 tahun ideologi berkefahaman Kristian itu di dalam negara Eropah iaitu di dalam empayar Romawi hinggalah kepada kerajaan moden abad ke-18 di Perancis umpamanya.

Ideologi adalah suatu yang juga sentiasa berubah mengikut peredaran masa dan ianya dibentuk oleh situasi sejarah yang tertentu, jadi ideologi untuk memantapkan efisein adalah sesuatu yang diterima tanpa dipersoalkan. Kadang-kala kita amat sukar untuk mengenalpasti ideologi ini, iaitu ideologi yang mempengaruhi dan menyentuhi hidup kita, hanya apabila kita di luar ideologi atau dengan melihatnya daripada jarak jauh, maknanya sekarang tahun 2010 jika kitalihat ke belakang 100 tahun lepas bagaimana ideologi ini digunakan di Eropah. Pada masa yang sama kita sukar untuk mengenal pasti ideologi yang beroperasi sekarang ini kita kena berada diluar untuk melihat secara jelas. Sebagai contoh lebih kepada 100 tahun dahulu di Amerika Syarikat merupakan satu fahaman yang diterima bahawa kaum wanita tidak boleh mengundi, tetapi jelaslah kini ianya menyeleweng dan salah kerana menafikan hak asasi manusia. Tetapi lewat pada abad ke-19 boleh dikatakan ia adalah perkara biasa dan kaum wanita tidak akan menyoalkannya, kalau adamenyoalkannya seorang dua yang tidak di sokong oleh kaum wanita yang lain. Didalam pengaruh ideologi ini cukup sukar untuk melihatnya hanya ada individu tertentu sahaja menerajui penyoalan ini dan untuk yang lain perlu berada diluar gengaman, baru kita sedar ada perkara-perkara yang tidak kena, itulah bagaimana ideologi berfungsi dalam kehidupan manusia.

Fahaman ideologi ini penting dalam memahami perkembangan seni sebab seni itu berkembang mengikut ideologi. Disini kita juga boleh memikirkan bagaimana kitaboleh memikirkan kenapa lukisan Syed Ahmad Jamal dan Latiff Mohidin dalam koleksi Balai Seni Visual Negara diandaikan lebih cantik dan lebih baik daripada lukisan-lukisan yang dilukis pemandangan-pemandangan lain, mengapa ia menjadi demikian. Disini saya nyatakan ia adalah kerana sistem seni yang menekankan ideologi avant-gardeiaitu ideologi yang mencabar tradisi. Kalau karya ini disokong dan dibela dan disanjungi oleh Balai Seni Visual Negara, jelaslah bahawa seni lukis itu disanjungi, namun jika Balai Seni Visual Negara tidak mendakap ideologi itu jelaslah lukisan jenis-jenis tertentu tidak akan berjaya dan disanjungi. Inilah adalah dasarnya bagaimana sebuah stailseseorang artis atau kumpulan artis disanjungi, ia berkaitan sanjungan yang diberi oleh sistem seni iaitu balai seni lukis, pusat pengajian tinggi yang mengajar seni, pensejarahan seni, penulisan seni, penerbitan seni, pasaran seni, kolektor semua ini yang merupakan sistem seni akan menentukan samada ideologi tertentu berkaitan dengan perkembangan seni.

Dalam memahami seni lukis disini iaitu seni lukis moden Asia Tenggara saya ingin mengulangi kita terpaksa tidak boleh lari daripada meneliti dan menyentuh seni lukis barat. Istilah seni itu sendiri dalam bahasa Malaysia iaitu ‘seni’ atau‘art’adalah sesuatu yang muncul daripada barat dari segi maknanya dalam konteks kita, sistem seni yang kita ada, kewujudan Balai Seni Visual Negaraadalah perkembangan yang datang daripada seni lukis barat. Sebagaimana sesebuah lukisan dibentuk sedikit sebanyak oleh bingkainya, makna seni juga dibentuk oleh bingkai ideologi. Kita tidak wajar mendekati makna sesebuah karya seni itu diluar suatu bingkai dan di luar suatu rangka, sebab jika kita dekatinya dari luarnya itu kita sebenarnya mencabar tidak melihat dalam konteks sebagaimana ianya muncul.

Saya kira anda mungkin kenal nama Marcel Duchamp iaitu pelukis Perancis dalam awal seni moden di Eropah, beliau merupakan seorang pelukis awal-awal lagi telah menyangkal perkembangan seni lukis moden Eropah. Beliau telah cuba mempermainkan perkembangan itu dan menafikan kebaikan seni lukis moden itu. Karya beliau yang bertajuk Fountain 1917 merupakan sebuah arcafound object atau objek jumpaan arca yang menggunakan mangkuk tempat kencing atau mangkuk urinal kencing. Sebenarnya beliau tidak melakukan apa-apa pun penciptaan, beliau hanya mengambil mangkuk kencing dan meletakkannya di dalam pameran di dalam muzium. Usahanya mengubah konteks dengan meletakkannya di dalam muzium meletakkan taraf seni kepada mangkuk itu, hasrat beliau adalah untuk mempermain-mainkan fahaman orang yang menghasilkan karya seni moden. Beliau menolak benda yang paling ekstrim dan menafikan atau menarik perhatian masyarakat terhadap apa yang berlaku dalam perkembangan seni lukis moden. Tetapi sistem seni yang wujud daripada dahulu sehinggalah sekarang telah menerima komentar Marcel Duchamp itu dan menyebatikannya ke dalam sistem seni sehingga mangkuk kencaing itu kini merupakan sebuah karya seni walaupun mangkuk yang asalnya telah tidak wujud. Jika anda melihat muzium di Eropah ianya merupakan mangkuk yang lain dan yang asal masih tidak diketahui, tetapi apa yang ingin saya nyatakan disini adalah ia merupakan satu contoh yang paling ekstrim bagaimana kemunculan seni lukis moden itu dilihat dari segi pencemaran nilai-nilai tradisional di barat. Seni yang sebelumnya berkaitan dengan moral dan berkaitan dengan kepercayaan agama Kristian umpamanya dinafikan langsung, seni yang berkaitan kedaulatan raja-raja juga dinafikan maka inilah konteks kemunculan seni lukis moden Eropah.

Kemunculan ini bersempena dengan dua perkara yang serius dalam sejarah, pertama adalah kejatuhan kerajaan tradisional iaitu kejatuhan Maharaja Louis di Perancis dalam kejadian Revolusi Perancis, iaitu seluruh Eropah memperlihatkan Revolusi Perancis ini suatu tanda kejatuhan atau tamatnya era-era kedaulatan raja dan muncullah negara berdasarkan republik iaitu sebuah negara yang memperlihatkan bahawa individu bukan lagi hak raja-raja, individu bukan lagi ditentukan apa yang terkandung dalam kitab Injil, individu sekarang adalah individu yang mempunyai hak asasi sendiri yang berupaya secara kolektif atau berkumpulan untuk menukarkan nasib negara dan masyarakat yang tidak lagi dibawah tekanan raja mahupun agama ataupun yang digunakan oleh raja untuk meninggikan kedaulatan ini dalam konteks Revolusi Perancis.

Keduanya yang mempengaruhi seni lukis moden dan perkembangnnya ialah Revolusi Industri yang berkaitan dengan kenaikan dan perkembangan kefahaman sistem ekonomi kapitalis. Dalam kapitalisma yang dangkal ini yang dipentingkan adalah harta dan yang kedua adalah hak kita untuk menukar harta itu kepada duitexchangeatau pertukaran kedua-dua ini dianggap penting. Jadi pada andaian saya perkembangan seni lukis moden malah perkembangan seni di barat menemui perubahan apabila sistem kapitalisma ini muncul menjadi sesuatu yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Eropah iaitu seni juga menjadi harta dan sebagai harta ia boleh ditukar beli. Kapitalisme ini yang berkembang sempena dengan revolusi industri bersama dengan Revolusi Perancis yang mengembangkan kerajaan raja tradisional, kedua-dua ini menukar langsung rupa budaya Eropah yang kemudiannya ia menyentuh perkembangan seluruh dunia pula. Kapitalisme membawa kepada tamak haloba peniaga-peniaga, kuasa-kuasa tertentu untuk mengeksplotasi seluruh dunia akibat daripada penjajahan negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Selatan, dengan perkembangan penjajahan kolonialisme itu menular juga masuk fahaman-fahaman yang menjatuhkan kerajaan-kerajaan tradisional.

Jadi selepas Perang Dunia ke-2 bilamana banyak negara-negara di dunia dijajah oleh kuasa-kuasa barat menuntut kemerdekaan dan kebebasan daripada kuasa barat, juga pada masa yang sama menumbangkan kerajaan-kerajaan tempatan atau paling tidak ia mengubah bentuk kerajaan itu. Jika kita mengambil contoh Malaysia pada 1957 ia mendapat kemerdekaan tetapi kuasa raja-raja sungguhpun masih ada ia hanyalah sebagai simbolik sahaja yang dikatakan perlu disanjungi ialah parlimen dan bukan raja-raja feudal. Di Indonesia contohnya terus dibunuh raja-raja, perkara ini sesungguhnya berlaku susulan daripada apa yang dibawa oleh barat. Dalam konteks inilah wujudnya Balai Seni Visual Negara sebagai contoh konteks sejarah yang membawa faktor-faktor dan pengaruh daripada barat.

Pada abad ke-21 ini kita sedar bahawa satu lagi faktor yang mengubah rupa dan makna seni ialah teknologi informasi dan ruang siber, perihal ini tidak terlintas di fikiran para pemikir pada 50 tahun dahulu yang kini merupakan satu yang amat penting dari segi peranannya dalam menguasai kehidupan. Sempena dengan IT dan teknologi komputer, tekonologi siber ini kita lihat bahawa media massa teknologi maklumat memainkan peranan yang penting dalam kehidupan budaya bukan sahaja daripada seni menggunakan IT sekarang tetapi juga bagaimana ruang siber teknologi maklumat semua ini menentukan arah perkembangan seni sehinggakan kadangkala berlaku penipuan dan kekeliruan daripada apa yang sebenarnya wujud dan apa yang dikatakan sebagai alam maya .

Pada tahun 1988 Sukan Olimpik musim sejuk telah diadakan di Kanada, masa itu boleh dikatakan bermulanya secara besar-besaran media massa menerusi televisyen memaparkan kejadian dunia kepada seluruh dunia. Perasmian Olimpik musim salji di Kanada di sebarkan menerusi televisyen. Jadi banyak orang melihat peristiwa ini dengan pertunjukan, tarian, permainan, hiasan dan juga gerakan para atlit di televisyen sebagai yang sebenarnya. Tetapi ia adalah maya, jika anda melihattv dari Kuala Lumpur dan bukan berada di Kanada, di kaca televisyen itu kita lihat para atlet berhimpun di stadium yang dipenuhi bumi itu dengan salji dan semua orang memakai baju tebal kerana sejuk berkawat membuat pembentukan-pembentukan. Tetapi yang sebenarnya salji yang dilihat itu adalah bukanlah sebenarnya salji tetapi ia adalah pasir, sebab mereka penganjur perasmian tidak boleh bermain dengan salji kerana salji mudah menyebabkankekotoran, sukar untuk dicuci semula dan akhirnya mereka menggunakan pasir namun di dalam televisyen ia kelihatan seperti salji maka seluruh dunia tertipu melainkan orang yang berada disitu.

Apa yang ingin saya nyatakan disini kerana alam maya media massa berupaya memberitahu kita apa yang sebenarnya benar dan apa yang sebenarnya tidak benar sampai begitu jadinya. Saya pernah melihat gambarnya dan saya tidak melihat televisyen pada waktu itu, memang dilihat seperti salji, mengikut pemberita-pemberita mereka mengatakan penganjur senang sedikit bermain dengan pasir kerana mereka boleh menyapu semula dan mengikut televisyen ia kelihatan seperti lebih salji daripada salji. Jadi inilah bagaimana media massa teknologi maklumat dan siber ini menular masuk serta menjejaskan kefahaman reliti kita.

Pada tahun 1972 saya pernah mewawancara dengan arwah Ibrahim Hussein kerana ada tugasan yang saya perlu tulis dan pergi berjumpa beliau di studio di kolej kelima Universiti Malaya. Pada masa itu Ibrahim Hussein adalah pelukis residen di Universiti Malaya dan beliau mengajak saya memasuki studionya, dalam studio itu saya masih ingat muzik di studio berbunyi dimainkan, televisyen berjalan dan tayangan filem berlaku juga pada masa itu Super 8 dan beliau melukis pada masa yang sama. Saya rasa ini satu contoh kebisingan teknologi tetapi didakap oleh Ibrahim Hussein sebagai perkara biasa sahaja. Beliau melukis sambil melihat televisyen dan mendengar radio serta menayangkan filem, saya sudah lupa apa yang saya tuliskan dalam tugasan saya, tetapi peristiwa ini sangat menarik. Saya juga diberi tahu oleh beliau bahawa tv memainkan peranan utama perkembangan beliau sebagai pelukis sehinggakan beliau menggunakan imej-imej popular iaitu imej-imej media massa dalam lukisan beliau. Pada masa itu beliau baru balik 2 tahun dari Amerika membawa balik stail lukisan pop, tetapi karya pop beliau agak berlainan sebab beliau banyak mengambil gambar-gambar daripada massa seperti akhbar, majalah yang memaparkan seks, keganasan dan dunia glamour.

Beliau juga memberitahu saya peristiwa 13 Mei yang berlaku di Kuala Lumpur Malaysia namun beliau melihatnya dalam warna-warni dalam televisyen di New York,kita disini tidak nampak kerana kerajaan menutup televisyen beliau nampak semuanya seperti kebakaran dan darah semua ada . Apa yang ingin saya nyatakan disini adalah pengaruh teknologi media massa saya ambil contoh pengaruh itu dengan kerjaya seorang pelukis utama di Malaysia iaitu Ibrahim Hussein untuk memberitahu kepada kita bahawa media massa dan teknologi maklumat yang melampaui sempadan jelas mempengaruhi perkembangan seni samada diNew York atau di Malaysia pelukis-pelukis Malaysia tidak terkecuali. Jika di New York pelukis Nam Jum Paik menggunakan tv secara jelas tetapi di Malaysia saya bagi contoh jelaslah bukan secara keselurahan nya menggunaka IT itu tetapai perkembangan beliau di selang seli dengan IT . Sekarang ini telah menjadi satu kebiasaan contohnya Jailani Abu Hassan menggunakan projektor untuk dirinya sendiri dengan besar bukan sahaja beliau seorang malah ramai lagi. Hasnul Jamal Saidun contohnya menjelajah dalam dunia maya, Wong Hoy Cheong dan ramai lagi.

Mungkin anda mempunyai pengalaman seperti saya semasa berlakunya keruntuhan Pusat Dagangan New York, saya melihat secara langsung bangunan itu tiba-tiba tersemban ini adalah sebagai satu contoh bagaimana hidup kita, fahaman kita, pengetahuan kita ditentukan dan diperluaskan dengan wujudnya teknologi media massa berdasarkan satelit. Semasa saya kecil dahulu petang-petang Sabtu bersama keluarga duduk di hadapan radio mendengar drama minggu ini , dengar bukan tengok , itulah menunjukkan tanda bahawa kehidupan itu terbawa-bawa oleh media massa tetapi itu awal perkembangannya tetapi sekarang kita akan terbiasa melihat orang naik motor dan dibelakangnya ada komputer riba dan telefon bimbit ia telah menjadi perkarabiasa.

Dalam situasi ini bahwa jelaslah kita harus faham bahawa perkembangan sejarah seni bergantung kepada banyak situasi dalam kehidupan daripada pergolakan politik kepada ekonomi, daripada agama sehinggalah teknologi dan lain-lain. Kalau kita membuat wacana atau diskusi tentang seni dengan hanya melihat warna bagaimana seseorang artis itu melukis, kehandalan beliaumelukis, kehandalan beliau memaparkan sesuatu maka jelaslah itu masih tidak mencukupi untuk kita memahami seni. Seni harus kita lihat dalam konteks sosio-budaya, pergolakan sejarah.

Anda mungkin pernah tengok dalam majalah arca-arca daripada zaman tamadun Mesir dua atau tiga tahun lepas, patung-patung Firaun yang dihasilkan sempena dengan penubuhan piramid yang diusahakan oleh British Museum dan lain-lain yang dipamerkan di muzium dan dianggap sebagai seni umpamanya patung Firaun Mempesis umpamanya Tukthakhamen dianggap sebagai seni. Jelas sekali andaian seni kita dengan konsep yang digunakan itu terhadap patung-patung Mesir itu berlainan daripada seni yang difahami oleh zaman beliau mungkin istilah seni tiada langsung bagi mereka tidak menggunakan istilah seni sebagaimanan yang kita gunakan. Kita tahu bahawa konsep seni kita sekarang adalah menanggapkan suatu benda itu sebagai karya seni jika ianya dihimpun oleh sesebuah muzium atau balai seni dan diperagakan supaya boleh dilihat dan dihayati oleh khalayak ramai. Itu adalah sebahagian daripada sebab-sebab atau faktor yang menyumbang kepada kesenian pada zaman itu.

Apa yang kita nafikan disini dan apa yang kita tidak ambil kira ialah patung Firaun yang dikebumi dan dianggap sebagai seni oleh budaya sekarangini sebenarnya bukanlah seuatu hasil cipta arca yang dibuat untuk dilihat ianya dibuat untuk disembunyikan, diletakkan di dalam piramid itu suapaya ianya boleh mengiring di kemudian waktu di dunia kemudian mungkin akhirat, bukan untuk dipamerkan sebagai seni . Apa yang ingin saya nyatakan disini banyak benda-benda dan ciptaan-ciptaan yang dipaparkan sebagai seni daripada zaman lampau atau tamadun lain asalnya bukan bertujuan kepada seni, bertujuan lebih spiritual, agama, politik yang saya ambil Firaun itu ianya dihasilkan bukan untuk dilihat tetapi dihasilkan bagaimana syarikat China membakar dan membawa bahan-bahan yang dibuat daripada kertas untuk dikebumikan. Jadi tujuannya tertentu disitu untuk kebahagian Firaun itu di akhirat, bukan untuk menghasilkan hasil itu sebagai seni. Jadi ada dua faktor sini yang kita harus ingat apabila melihat kesenian sesuatu itu dalam bentuk muzium atau galeri seni lukis iaitu benda yang wujud di zaman yang lain boleh menjadi seni dan mendapat taraf seni di zaman kita.

Pada tahap yang lain pula benda yang wujud jauh dari tempat kita tetapi pada masayang sama boleh juga dianggap sebagai seni, umpamanya lukisan-lukisan orang asli Australia di hayati pada awal abad ke-20 sebagai hasil komuniti orang Australia yang menarik, tetapi pada tahun 1970 an ada seorang guru seni lukis di Australia saya tidak mengingati namanya dimana beliau telah pergi ke satu perkampungan orang asli di Australia untuk mengajar seni lukis dimana beliau berkesempatan untuk membawa cat akrilik dan memberinya kepada ahli-ahli komuniti itu maka semenjak itulah lukisan orang asli ini mula dihasilkan di atas kanvas yang mana sebelumnya dihasilkan diatas pasir, pokok, dari situlah ianya disebarkan dan dipasarkan di Eropah , New York dan ramai pelukis-pelukis ini menjadi mashur dan karya-karya mereka terjual sehingga setengah juta. Jadi disini kita lihat bahawa kesenian pada masa yang sama bukan zaman dahulu iaitu ditempat yang jauh juga boleh menjadi seni di tempat yang lain.Ada dua perkara disini satu perjalanan masa dari dahulu menjadi seni sekarang, kedua dari yang jauh menjadi seni sekarang menjadi seni. Faktor-faktor begini harus membuka pemikiran kita, apa yang dikatakan tentang seni jarang sekali muktamad jarang sekali absolute, kita harus mengawasi bagaimana ideologi berfungsi dan beroperasi untuk menentukan perkembangan sejarah seni.

Lukisan jenis Still-Life atau alam benda iaitu lukisan yang memaparkan benda-benda seperti bunga, pasu-pasu dan buah-buahan pada kebiasaannya, kini kita andaikannya sebgai suatuexcersise pelukis untuk melihat. Tetapi lukisan alam benda ini telah wujud di Eropah sejak abad ke-16 dan 17 walaupun pada masa itu ia bukanlah jenis lukisan yang disanjungi wujud lukisan benar-benar realstik buahan-buahan bakul yang mempunyai makanan ataupun ikan. Sekarang kita melihat lukisan begini sebagai contoh kemahiran melukis secara relistik. Pada abad ke-17 lukisan begitu mempunyai makna-makna tertentu dan sentiasa diulangi terutamanya subjek buaha-buahan, daging , gelas atau tempayan, semua benda ini sebenarnya ada maksudnya. Lukisan ini digealr sebagai lukisanvanitas , lukisan jenis vanitas bukan sahaja memaparkan benda secara indah tetapi betujuan menyampaikan mesej tertentu. Jika lukisan alam benda itu mamparkan lukisan sebiji epal atau oren yang telah busuk ia melambangkan kehidupan ini akan menjadi tua dan akan mati, jadi itu lambangnya di Eropah.

http://faizalsidik.blogspot.com/2011/12/seni-estetik-dan-teori-seni.html

Isnin, 31 Disember 2012

Disember 2012 to Januari 2013

Assalamualaikum

Beberapa jam dari sekarang dunia akan memasuki tahun 2013..selamat tinggal 2012. Tiada azam baru sama seperti tahun-tahun sebelumnya cuma ingin mengingatkan diri..umur semakin banyak...dosa pun banyak dan sudah tentu amal ibadat perlu diperbanyakkan.

Semoga tahun 2013 dapat dimanafaatkan untuk tujuan kebaikan terutama dalam aspek beribadat kepada Allah dan dapat menyelesaikan penulisan propasal mengikut perancangan (ada perancangan? keh keh ke)...

Selamat datang 2013 semoganya baik2 untuk kita semua....in sha Allah

Wallahuallam